Beberapa tahun (sekitar 24 tahun kemudian!) setelah pertama kali merenungkan lapisan suara yang padat dari gaya Gambang yang sangat indah dan melodis dari Banjar Bedhe pada tahun 1999, saya melacak grup tersebut melalui pemimpin grup Sekar Anom Gender Wayang Pejaten dan teman lama, Mangku Sadia, yang kebetulan kenal baik dengan klian sekaa Gambang, Pak Made Sukarda. Di rumah keluarga Pak Made, yang disusun dengan hati-hati di sebuah pura khusus yang didedikasikan kepada instrumen sakralnya, saya menemukan tradisi lagi yang terancam punah, diingat oleh satu-satunya orang berusia 90 tahun (sayangnya saat itu beliau tidak ada di rumah).

Gending-gendingnya ditulis baik pada batang bambu maupun lembaran kertas (dalam salah satu foto K.D. adalah inisial untuk ‘Kebo Dengkul’).

Untungnya, repertoar ini tidak terlalu besar, hanya terdiri dari delapan gending, dibandingkan dengan beberapa kelompok di Karangasem yang mengetahui lebih dari 30, dan seluruh repertoar ini telah direkam oleh Aneka Record (1990an) dan juga Tilman Seebass dan Danker Schaareman (1973).

Namun demikian, karena kesulitan yang terkait dengan menghafal (lebih karena masalah waktu sebenarnya… dan orang-orang sangat sibuk mencari nafkah serta menjalankan semua ritual yang sangat penting bagi orang Bali), menarik minat generasi muda pada jenis musik yang serius dan quasi-matematis ini, dan semua tabu terkait penggunaan instrumen untuk latihan, ini bukanlah hal yang mudah. Saya menyarankan mereka untuk membuat aplikasi pendanaan ke pemerintah (katanya sudah pernah buat proposal ke Disbud Tabanan namun belum ada tanggapan) untuk upaya regenerasi, terutama untuk membuat instrumen latihan sekuler karena pola-pola yang dimainkan oleh empat cungklik/caruk ini semuanya berbeda, semuanya dimulai dari nada yang berbeda dan membutuhkan studi serius dan berkelanjutan.

Saya akan kembali mengunjungi pada bulan Oktober untuk bertemu dengan orang lingsir yang paling ingat gendingnya itu dengan harapan saya bisa ikut ngayah jika ada ngaben – saya ingin melihat apakah saya bisa mengingat kembali empat potongan yang saya pelajari di set Mekar Bhuana’s @mekarbhuana_centre selama pandemi dari kaset Aneka Record yang sekarang dianggap ‘vintage’ itu dan juga menginspirasi beberapa anggota keluarga muda untuk membentuk dan membangkit generasi baru.

Ternyata keluarganya kehilangan rekaman Aneka Record, jadi saya menyalin gending-gending itu semua dari flashdisk yang saya pakai di mobil ke laptop anaknya. Tidak semua gending ada di rekaman ini, jadi saya berharap suatu hari rekaman yang masih ada di Swis itu bisa direpatriasi kepada sekaa Gambang ini.

Peneliti dan penulis: Vaughan Hatch